Klinik Gigi SATU Dental

6 Kondisi Gigi yang Harus Dicabut, Catat!

6 Kondisi Gigi yang Harus Dicabut, Jangan Dibiarkan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Pencabutan gigi sering kali menjadi solusi terakhir dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut. Meski terlihat sederhana, keputusan untuk mencabut gigi tidak boleh diambil secara gegabah. Dokter gigi akan mempertimbangkan berbagai faktor medis dan klinis sebelum menyarankan tindakan ini.

Dalam beberapa kasus, gigi yang rusak parah, terinfeksi, atau menimbulkan gangguan fungsi mulut tidak dapat diselamatkan lagi dan harus dicabut untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, pencabutan juga dapat diperlukan sebagai bagian dari rencana ortodontik atau perawatan gigi lainnya. Mengetahui beberapa kondisi gigi yang harus dicabut akan membantu pasien memahami kapan prosedur ini menjadi langkah yang tepat.

Artikel ini akan membahas berbagai kondisi gigi yang harus dicabut, mulai dari infeksi kronis, gigi impaksi, hingga trauma gigi yang tidak dapat diperbaiki.

Table of Contents

Bolehkah Cabut Gigi yang Sakit?

Bolehkah Cabut Gigi yang Sakit?

Sebelum memasuki pembahasan tentang beberapa kondisi gigi yang harus dicabut, banyak orang bertanya tentang apakah boleh cabut gigi yang sakit? Pencabutan gigi yang sakit merupakan tindakan yang diperbolehkan, tetapi harus dilakukan dengan pertimbangan medis yang tepat.

Dalam kedokteran gigi, tindakan pencabutan atau ekstraksi gigi dilakukan apabila gigi yang bermasalah tidak dapat diperbaiki dengan perawatan restoratif atau endodontik seperti penambalan atau perawatan saluran akar. Gigi yang mengalami infeksi akut atau abses juga boleh dicabut, namun dokter akan menunda pencabutan jika infeksi aktif masih menyebar.

Biasanya, pengobatan awal dengan antibiotik diperlukan untuk mengontrol infeksi sebelum dilakukan pencabutan. Dengan demikian, pencabutan gigi yang sakit memang diperbolehkan, asalkan prosedur dilakukan dengan evaluasi menyeluruh dan sesuai dengan standar medis.

Baca Juga: Apakah Boleh Cabut Gigi Saat Sakit? Ini Penjelasannya!

6 Kondisi Gigi yang Harus Dicabut

Tidak semua gigi yang mengalami nyeri atau keluhan harus langsung dicabut. Pencabutan gigi hanya dilakukan jika kondisi gigi telah memenuhi indikasi medis tertentu yang tidak dapat diatasi dengan perawatan lain. Gigi yang harus dicabut umumnya adalah gigi yang telah rusak parah, menimbulkan infeksi berulang, atau menyebabkan gangguan pada struktur dan fungsi rongga mulut. Berikut adalah beberapa kondisi tersebut:

1. Gigi yang Mengalami Kerusakan Parah

Salah satu kondisi gigi yang harus dicabut adalah ketika struktur gigi mengalami kerusakan yang sangat parah, baik akibat karies gigi (gigi berlubang) yang telah meluas hingga ke akar, maupun trauma yang menyebabkan fraktur vertikal. Dalam kondisi ini, perawatan seperti penambalan atau crown gigi tidak lagi efektif karena struktur gigi tidak dapat dipertahankan.

Baca Juga: Mengapa Harus Cabut Gigi yang Rusak? Pentingnya Tindakan Mencabut Gigi dalam Kesehatan Gigi dan Mulut

2. Infeksi Gigi yang Tidak Merespon Perawatan

Infeksi yang melibatkan jaringan pulpa gigi dan menyebar ke jaringan periodontal sekitarnya menjadi kondisi gigi yang harus dicabut apabila tidak merespons terhadap terapi saluran akar. Infeksi kronis berulang juga menjadi indikasi pencabutan untuk mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain.

3. Gigi dengan Mobilitas Tinggi akibat Penyakit Periodontal

Pada tahap lanjut periodontitis, jaringan penyangga gigi mengalami kerusakan berat sehingga gigi menjadi longgar. Gigi dengan mobilitas tingkat III atau IV menjadi kondisi gigi yang harus dicabut karena tidak lagi memiliki penyangga yang memadai untuk fungsi kunyah dan stabilitas.

4. Gigi Impaksi yang Menyebabkan Gangguan

4. Gigi Impaksi yang Menyebabkan Gangguan

Gigi geraham ketiga (molar tiga atau gigi bungsu) sering mengalami impaksi. Jika menyebabkan nyeri, infeksi berulang, atau merusak gigi tetangga, maka menjadi kondisi gigi yang harus dicabut meskipun belum sepenuhnya erupsi.

Baca Juga: Apakah Gigi Bungsu Harus Dicabut? Ini Gejala Masalah Pada Gigi Bungsu

5. Gigi yang Menyebabkan Maloklusi atau Overcrowding

Gigi yang Menyebabkan Maloklusi atau Overcrowding

Dalam perawatan ortodontik, gigi yang menyebabkan kepadatan atau posisi yang tidak normal dalam lengkung gigi dapat menjadi kondisi gigi yang harus dicabut untuk menciptakan ruang dan memperbaiki oklusi gigi secara keseluruhan.

Baca Juga: Maloklusi atau Gigi Berantakan: Penyebab dan Cara Mengatasinya

6. Gigi Non-Vital yang Menyebabkan Kelainan pada Tulang Rahang

Gigi mati (non-vital) yang tidak dirawat dapat menyebabkan lesi radiolusen seperti kista atau granuloma. Jika lesi tersebut terus berkembang, maka gigi menjadi kondisi gigi yang harus dicabut untuk mencegah kerusakan tulang yang lebih luas.

Dengan kata lain, pencabutan gigi dilakukan ketika kondisi gigi sudah tidak memungkinkan untuk dipertahankan, atau saat gigi menimbulkan komplikasi yang membahayakan jaringan sekitarnya. Selain itu, pencabutan juga dilakukan jika gigi mengganggu perawatan lain, seperti ortodontik.

Timing pencabutan juga mempertimbangkan kondisi sistemik pasien dan apakah terdapat infeksi aktif atau tidak.

Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Cabut Gigi

Sebelum melakukan prosedur pencabutan gigi, penting untuk mempertimbangkan beberapa hal guna memastikan prosedur berjalan dengan aman dan efektif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien dan dokter gigi antara lain:

1. Evaluasi Klinis dan Radiografis

Pemeriksaan klinis yang menyeluruh terhadap kondisi gigi dan jaringan sekitar menggunakan foto rontgen atau CT scan sangat penting. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk memetakan posisi gigi, mengevaluasi struktur gigi yang rusak, serta mengidentifikasi masalah potensial yang dapat memengaruhi prosedur pencabutan, seperti adanya kista atau pembengkakan.

Baca Juga: Biaya Rontgen Gigi dan Kapan Melakukannya

2. Riwayat Medis Pasien

Riwayat medis yang mencakup kondisi seperti diabetes, gangguan pembekuan darah, atau penggunaan obat antikoagulan dapat memengaruhi prosedur pencabutan. Pasien dengan kondisi ini harus memberikan informasi lengkap kepada dokter gigi. Tindakan pencegahan atau pengobatan profilaksis seperti penggunaan antibiotik atau pengaturan dosis obat mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi.

3. Kondisi Infeksi Aktif

Pencabutan gigi sebaiknya tidak dilakukan jika terdapat infeksi akut, seperti abses gigi, yang belum terkontrol. Infeksi aktif dapat memperburuk kondisi pasca-pencabutan dan meningkatkan risiko penyebaran bakteri ke sistem tubuh. Dalam banyak kasus, infeksi harus terlebih dahulu dikendalikan dengan antibiotik sebelum melanjutkan prosedur pencabutan.

4. Persiapan Psikologis dan Edukasi Pasien

Sebelum prosedur, pasien perlu diberikan informasi yang jelas mengenai apa yang akan terjadi selama dan setelah pencabutan gigi. Pengetahuan mengenai langkah-langkah prosedur dan potensi risiko membantu mengurangi kecemasan pasien dan meningkatkan kerjasama mereka selama proses tersebut. Edukasi mengenai perawatan pasca-operasi juga sangat penting untuk pemulihan yang lebih cepat dan mengurangi kemungkinan komplikasi.

Kondisi yang Tidak Diperbolehkan untuk Cabut Gigi

Meskipun pencabutan gigi merupakan prosedur rutin, tidak semua pasien dapat langsung menjalani tindakan ini. Ada beberapa kondisi medis atau situasi tertentu yang menjadi kontraindikasi karena dapat meningkatkan risiko komplikasi serius. Berikut penjelasannya:

1. Gangguan Pembekuan Darah yang Tidak Terkontrol

Pasien dengan kelainan pembekuan darah seperti hemofilia, trombositopenia, atau yang sedang mengonsumsi antikoagulan (misalnya warfarin) dengan kadar INR yang tidak stabil sangat berisiko mengalami perdarahan hebat setelah pencabutan. Prosedur hanya dapat dilakukan setelah kondisi hemostasis pasien benar-benar terkendali melalui konsultasi dengan dokter terkait.

2. Infeksi Gigi Akut yang Belum Ditangani

Pencabutan gigi pada area dengan infeksi aktif, seperti abses akut, dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke jaringan lebih dalam, bahkan ke sistemik. Oleh karena itu, infeksi harus dikendalikan terlebih dahulu menggunakan terapi antibiotik dan tindakan suportif sebelum prosedur pencabutan dilakukan.

3. Pasien dengan Penyakit Jantung Tertentu

Individu dengan riwayat endokarditis infektif, penyakit jantung bawaan, atau penggunaan katup jantung buatan memiliki risiko tinggi terhadap infeksi sistemik yang dapat menyebar ke jantung. Pasien seperti ini memerlukan profilaksis antibiotik dan evaluasi ketat sebelum tindakan dilakukan, serta koordinasi dengan dokter spesialis jantung.

Baca Juga: Kesehatan Gigi dan Jantung Apakah Berhubungan?

4. Kehamilan Trimester Pertama dan Ketiga

Pencabutan gigi sebaiknya dihindari pada trimester pertama karena risiko gangguan pertumbuhan janin dan pada trimester ketiga karena risiko persalinan prematur. Jika tidak mendesak, prosedur elektif disarankan ditunda hingga trimester kedua atau setelah persalinan. Penggunaan anestesi dan obat-obatan juga terbatas selama kehamilan.

Baca Juga: Apakah Boleh Cabut Gigi Saat Hamil? Perhatikan Hal Ini Dahulu ya!

5. Pasien yang Menjalani Terapi Bisfosfonat

Pasien yang Menjalani Terapi Bisfosfonat

Obat bisfosfonat, yang biasa diberikan pada pasien osteoporosis atau kanker tulang metastatik, dapat mengganggu penyembuhan tulang dan menyebabkan osteonekrosis rahang setelah pencabutan. Oleh karena itu, pasien ini harus menjalani evaluasi radiografis dan medis secara menyeluruh sebelum dipertimbangkan untuk pencabutan.

6. Pasien dengan Imunosupresi Berat

Individu dengan gangguan sistem imun, seperti penderita HIV/AIDS dalam fase aktif, pasien transplantasi organ, atau pasien kanker yang menjalani kemoterapi, memiliki risiko tinggi infeksi pascapencabutan. Prosedur sebaiknya ditunda hingga kondisi imunologis membaik dan stabil secara klinis.

7. Pasien dengan Hipertensi Berat yang Tidak Terkontrol

Tekanan darah yang sangat tinggi (di atas 180/110 mmHg) dapat meningkatkan risiko perdarahan hebat atau komplikasi kardiovaskular selama tindakan. Oleh karena itu, kontrol tekanan darah yang baik harus dicapai sebelum tindakan invasif dilakukan.

Itulah informasi tentang beberapa kondisi gigi yang harus dicabut dari Klinik Gigi SATU Dental kali ini.

Dari informasi tersebut, kini Anda telah mengetahui bahwa beberapa kondisi gigi harus dicabut adalah seperti gigi yang mengalami kerusakan parah, gigi infeksi yang tidak merespon, gigi dengan mobilitas tinggi akibat penyakit periodontal, gigi yang mengalami impaksi, gigi yang mengalami maloklusi, dan gigi yang menyebabkan kelainan tulang rahang.

Pencabutan gigi adalah langkah penting untuk kesehatan gigi dan mulut, namun harus dilakukan dengan pertimbangan medis yang matang. Jika Anda membutuhkan pencabutan gigi, segera konsultasikan dengan dokter gigi terpercaya untuk penanganan yang tepat.

Di Klinik Gigi SATU Dental, kami menyediakan perawatan gigi lengkap termasuk layanan cabut gigi dengan teknologi terkini dan dokter gigi spesialis berkompeten.
SATU Dental menawarkan perawatan gigi dari dasar hingga lanjutan, didukung oleh lebih dari 350 dokter gigi umum dan spesialis, termasuk Ortodonti, Prostodonsia, Konservasi Gigi, Bedah Mulut, Kedokteran Gigi Anak, dan Periodonsia. Kami memastikan setiap pasien mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi medis mereka.

Perawatan gigi di SATU Dental aman dan nyaman, dengan alat dan teknologi berstandar tinggi untuk diagnosa akurat. Kami juga menyediakan berbagai pilihan pembayaran, seperti Paylater, Cicilan Bank 0%, dan asuransi dari AdMedika, BNI Life, dan lainnya.

Jangan ragu untuk mendapatkan perawatan gigi terbaik di SATU Dental dengan biaya terjangkau dan berbagai promo pencabutan gigi spesial. Nikmati layanan perawatan gigi yang profesional dan terpercaya!

Artikel Lainnya yang Terkait

Referensi

  • American Dental Association. (2020). “Tooth Extractions: Clinical Guidelines.” ADA Clinical Practice Guidelines.
  • Centers for Disease Control and Prevention. (2021). “Oral Health Conditions and Treatment Indications.” CDC Oral Health.
  • Hupp, J. R., Ellis, E., & Tucker, M. R. (2019). Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery (7th ed.). Elsevier.
  • Darcey, J., & Qualtrough, A. (2020). Management of endodontically involved teeth. British Dental Journal, 228(10), 749–754.
  • Siqueira, J. F., & Rôças, I. N. (2019). Present status and future directions: Microbiology of endodontic infections. International Endodontic Journal, 52(9), 1282–1304.

Cabang Klinik Gigi SATU Dental

Buat Jadwal di Klinik SATU Dental