Klinik Gigi SATU Dental

Apa Itu Halitosis? Ini Gejala dan Penyebabnya

Apa Itu Halitosis? Ini Gejala dan Penyebabnya

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Breadcrumb

Halitosis, atau yang lebih dikenal dengan bau mulut, adalah kondisi umum yang dialami oleh banyak orang namun sering kali diabaikan. Meskipun tampak sepele, halitosis bisa mengganggu kehidupan sosial dan menurunkan rasa percaya diri seseorang. Bau mulut disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kebersihan mulut yang kurang optimal hingga adanya gangguan kesehatan tertentu.

Kondisi ini terjadi ketika bakteri di mulut menguraikan sisa makanan dan menghasilkan senyawa sulfur yang menyebabkan bau tidak sedap. Selain berdampak pada hubungan sosial, halitosis yang berkelanjutan bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang lebih serius.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai gejala dan penyebab halitosis, serta langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya.

Table of Contents

Apa Itu Halitosis?

Apa Itu Halitosis?

Halitosis adalah istilah medis yang merujuk pada bau mulut yang tidak sedap. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersumber dari mulut maupun dari kondisi sistemik. Salah satu penyebab utama halitosis adalah bakteri anaerob yang hidup di dalam mulut, terutama di area lidah dan sela-sela gigi. Bakteri ini menghasilkan senyawa sulfur volatil (volatile sulfur compounds atau VSC) saat mencerna sisa makanan dan sel-sel mati dalam mulut, yang menyebabkan bau tidak sedap.

Selain itu, beberapa gangguan sistemik, seperti masalah pencernaan, penyakit hati, atau diabetes, juga dapat berkontribusi terhadap munculnya halitosis. Pada kasus tertentu, konsumsi makanan atau minuman tertentu, seperti bawang putih, kopi, dan alkohol, dapat memperparah bau mulut. Halitosis yang disebabkan oleh makanan biasanya bersifat sementara, tetapi halitosis akibat kondisi medis membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Gejala Halitosis

Gejala halitosis bisa berbeda-beda tergantung pada penyebabnya. Halitosis sering kali disadari oleh orang lain lebih dahulu daripada oleh penderitanya sendiri, karena indra penciuman seseorang bisa beradaptasi dan mengurangi sensitivitas terhadap bau yang berasal dari tubuhnya. Berikut adalah beberapa gejala utama halitosis yang perlu dikenali:

1. Bau Mulut yang Persisten dan Tidak Sedap

Gejala utama dari halitosis adalah bau mulut yang tak sedap dan menetap, yang sering kali disebabkan oleh bakteri di mulut. Bau ini cenderung tidak hilang meskipun sudah menyikat gigi atau berkumur. Bau yang dihasilkan oleh bakteri anaerob di rongga mulut menghasilkan senyawa sulfur seperti hidrogen sulfida dan metil merkaptan, yang memiliki aroma yang sangat menyengat.

Baca Juga: 8 Penyebab Bau Mulut dan Cara Mencegahnya

2. Rasa Tidak Enak di Mulut

Penderita halitosis sering merasakan sensasi tidak enak di mulut, seperti rasa logam, pahit, atau asam. Hal ini disebabkan oleh senyawa volatil dari bakteri anaerob yang memecah protein di mulut menjadi sulfur, seperti hidrogen sulfida dan metil merkaptan, yang menimbulkan bau tidak sedap dan rasa aneh. Kondisi ini memburuk saat mulut kering (xerostomia) terjadi, karena berkurangnya air liur mengurangi kemampuan alami mulut membersihkan bakteri dan sisa makanan.

3. Mulut Kering atau Xerostomia

3. Mulut Kering atau Xerostomia

Salah satu faktor yang dapat memperburuk halitosis adalah mulut kering atau xerostomia. Air liur berfungsi untuk membersihkan bakteri dan sisa makanan dari mulut. Ketika produksi air liur berkurang, misalnya karena dehidrasi, penggunaan obat tertentu, atau gangguan medis, bakteri di mulut dapat berkembang lebih banyak dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Xerostomia juga menyebabkan sensasi lengket di mulut, yang bisa sangat tidak nyaman bagi penderitanya.

4. Penumpukan Plak atau Karang Gigi

Halitosis juga dapat disertai dengan penumpukan plak atau karang gigi, yang terjadi ketika sisa makanan dan bakteri tidak dibersihkan secara efektif dari permukaan gigi dan gusi. Penumpukan ini memberikan lingkungan yang ideal bagi bakteri anaerob untuk berkembang dan memproduksi senyawa berbau. Jika plak ini tidak diatasi dengan segera, dapat menyebabkan peradangan gusi (gingivitis), yang juga berkontribusi pada bau mulut.

Baca Juga: Perbedaan Plak dan Karang Gigi serta Cara Mengatasinya 

5. Lidah Berwarna Putih atau Kekuningan

5. Lidah Berwarna Putih atau Kekuningan

Kondisi lain yang sering muncul pada penderita halitosis adalah perubahan warna pada permukaan lidah, yang bisa menjadi putih atau kekuningan. Warna ini disebabkan oleh penumpukan sel-sel mati, sisa makanan, dan bakteri di permukaan lidah, terutama pada bagian belakang lidah yang sulit dijangkau. Lidah yang tidak dibersihkan dengan baik menjadi tempat yang ideal bagi bakteri anaerob yang memproduksi senyawa sulfur penyebab bau tidak sedap.

Baca Juga: 8 Penyebab Lidah Putih dan Cara Mengatasinya 

Penyebab Halitosis

Halitosis atau bau mulut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kebersihan mulut dan kondisi kesehatan seseorang. Bau mulut sering kali tidak disadari oleh penderitanya sendiri, tetapi dapat dengan mudah dideteksi oleh orang lain, menyebabkan ketidaknyamanan dalam interaksi sosial.

Kondisi ini sering kali lebih dari sekadar masalah kosmetik; halitosis bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang mendasarinya. Memahami faktor-faktor penyebab halitosis sangat penting untuk menangani dan mencegah kondisi ini secara efektif. Berikut adalah beberapa penyebab utama halitosis:

1. Kondisi Kesehatan

Kesehatan tubuh secara keseluruhan sangat mempengaruhi kebersihan mulut dan risiko halitosis. Berbagai kondisi kesehatan, seperti diabetes, gangguan pencernaan, dan penyakit ginjal, dapat menyebabkan bau mulut yang khas. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol, misalnya, tubuh mulai membakar lemak sebagai energi dan menghasilkan keton, senyawa yang menyebabkan bau napas manis atau asam.

Demikian pula, gangguan pada sistem pencernaan, seperti refluks asam lambung, menyebabkan asam dari lambung naik ke kerongkongan dan rongga mulut, menghasilkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kondisi ginjal yang tidak berfungsi optimal mengakibatkan penumpukan limbah dalam tubuh yang memengaruhi bau napas.

2. Gigi Palsu yang Kotor

2. Gigi Palsu yang Kotor

Gigi palsu atau prosthesis yang tidak dibersihkan dengan benar dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri penyebab bau mulut. Bakteri dan sisa makanan yang menempel pada gigi palsu akan membusuk, menghasilkan senyawa yang menyebabkan bau tidak sedap.

Apabila tidak dibersihkan secara teratur, bakteri pada gigi palsu dapat berkembang biak dengan cepat, menambah keparahan halitosis. Membersihkan gigi palsu setiap hari serta merendamnya dalam larutan pembersih khusus membantu mengurangi risiko halitosis.

Baca Juga: 10 Cara Merawat Gigi Palsu agar Tidak Bau dan Tetap Sehat 

3. Tidak Menyikat Lidah

Banyak orang lupa bahwa lidah juga memerlukan perhatian dalam rutinitas kebersihan mulut. Lidah dapat menjadi tempat penumpukan sel-sel mati, sisa makanan, dan bakteri yang menghasilkan senyawa sulfur penyebab bau mulut.

Pada bagian belakang lidah terutama, bakteri anaerob sering kali berkembang biak dengan mudah karena area tersebut sulit dijangkau oleh air liur dan lebih sedikit terkena aliran udara. Oleh karena itu, membersihkan lidah menggunakan sikat lidah atau alat pembersih lidah dapat membantu mengurangi halitosis secara signifikan.

4. Gangguan Periodontal

4. Gangguan Periodontal

Gangguan pada gusi, seperti gingivitis atau periodontitis, sering kali menjadi penyebab halitosis yang persisten.Ketika gusi meradang atau infeksi, kantong-kantong kecil di antara gusi dan gigi menjadi tempat ideal bagi bakteri berbahaya untuk berkembang.

Bakteri ini tidak hanya merusak jaringan gusi tetapi juga menghasilkan zat yang menyebabkan bau mulut tidak sedap. Selain itu, infeksi yang berlanjut dapat menyebabkan jaringan gusi membusuk, yang pada akhirnya memperparah kondisi halitosis.

5. Mulut Kering

Produksi air liur yang tidak cukup atau kondisi yang dikenal sebagai xerostomia dapat menyebabkan halitosis. Air liur berperan penting dalam membersihkan mulut dari sisa makanan dan bakteri.

Ketika mulut kering, proses pembersihan alami ini terganggu, memungkinkan bakteri anaerob berkembang lebih banyak dan menghasilkan senyawa berbau tidak sedap.Mulut kering dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti dehidrasi, penggunaan obat-obatan tertentu, atau kondisi medis seperti sindrom Sjögren.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Air Liur Berlebihan Secara Alami dengan Efektif

Cara Mengatasi Halitosis

Mengatasi halitosis membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, mencakup perawatan kebersihan mulut yang optimal dan perubahan gaya hidup tertentu.

Meskipun bau mulut mungkin bersifat sementara, jika tidak diatasi, halitosis bisa menjadi masalah kronis yang berdampak pada kualitas hidup dan kepercayaan diri. Berikut ini adalah langkah-langkah efektif untuk mengurangi atau menghilangkan bau mulut:

1. Menjaga Kebersihan Mulut dengan Baik

Menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, yaitu pagi dan malam sebelum tidur, sangat penting untuk menghilangkan bakteri dan sisa makanan yang dapat menyebabkan halitosis. Selain itu, penggunaan benang gigi setiap hari membantu membersihkan plak gigi yang menumpuk di sela-sela gigi, area yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.

Pastikan untuk mengganti sikat gigi setiap tiga bulan sekali atau jika bulu sikat sudah mulai rusak agar efektivitas pembersihannya tetap terjaga. Membersihkan gigi secara rutin mencegah penumpukan plak yang dapat menyebabkan bau tidak sedap.

Baca Juga: 9 Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Gusi, Kunci untuk Senyuman Berseri 

2. Menggunakan Obat Kumur Antiseptik

Obat kumur antiseptik berperan penting dalam membunuh bakteri penyebab bau mulut dan memberikan napas yang lebih segar. Beberapa obat kumur mengandung bahan aktif seperti chlorhexidine atau cetylpyridinium chloride, yang efektif dalam mengurangi bakteri di rongga mulut.

Selain membunuh bakteri, obat kumur ini membantu membersihkan area yang mungkin tidak terjangkau oleh sikat dan benang gigi, seperti permukaan belakang lidah atau dasar gusi. Menggunakan obat kumur satu hingga dua kali sehari dapat melengkapi rutinitas kebersihan mulut Anda.

Baca Juga: 7 Obat Kumur Sakit Gigi dan Cara Menggunakannya

3. Membersihkan Lidah Secara Rutin

Lidah sering kali menjadi tempat penumpukan bakteri dan sisa makanan, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan halitosis. Menyikat atau mengikis lidah secara lembut dengan alat khusus untuk membersihkan lidah dapat membantu menghilangkan penumpukan ini.

Bagian belakang lidah, khususnya, rentan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri anaerob yang menghasilkan senyawa sulfur penyebab bau mulut. Membersihkan lidah setiap hari, terutama pada pagi dan malam hari, sangat efektif dalam menjaga kesegaran napas.

4. Menghindari Makanan yang Memicu Bau Mulut

Beberapa makanan, seperti bawang putih, bawang merah, kopi, dan alkohol, memiliki senyawa berbau kuat yang dapat terserap ke dalam aliran darah dan keluar melalui napas. Mengurangi atau menghindari konsumsi makanan dan minuman ini, terutama sebelum bertemu dengan orang lain, dapat membantu menjaga napas tetap segar.

Selain itu, mengonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayuran segar dapat membantu mengurangi bau mulut karena sifat abrasifnya dapat membantu membersihkan sisa makanan di permukaan gigi.

5. Meningkatkan Produksi Air Liur

Air liur berfungsi sebagai pembersih alami dalam mulut, membantu membersihkan sisa makanan dan bakteri penyebab bau. Mengunyah permen karet tanpa gula dapat merangsang produksi air liur dan membantu menghilangkan partikel makanan kecil di dalam mulut.

Pilihan lainnya adalah memperbanyak minum air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi, terutama jika Anda sering merasa mulut kering. Mulut yang terhidrasi dengan baik dapat mengurangi risiko xerostomia atau mulut kering, kondisi yang kerap memicu halitosis.

Baca Juga: 5 Penyebab Bau Jigong dan Cara Mengatasinya dengan Cepat dan Tepat

6. Mengunjungi Dokter Gigi Secara Teratur

Kunjungan rutin ke dokter gigi, setidaknya dua kali setahun, penting untuk menjaga kesehatan mulut dan mendeteksi masalah sejak dini. Dokter gigi dapat membantu membersihkan karang gigi yang menumpuk, memperbaiki gigi berlubang, atau mengobati infeksi gusi yang dapat menjadi penyebab halitosis.

Selain itu, pemeriksaan rutin memungkinkan dokter gigi memberikan saran khusus dan penanganan tambahan jika halitosis terus berlanjut meskipun kebersihan mulut sudah terjaga.

Itulah informasi lengkap tentang halitosis dari Klinik Gigi SATU Dental kali ini. Halitosis adalah istilah medis yang merujuk pada bau mulut yang tidak sedap. Gejala halitosis adalah bau mulut tidak sedap, rasa tidak enak di mulut, mulut kering, penumpukan plak dan karang gigi, dan lidah berwarna putih. 

Penyebab halitosis ini juga beragam, beberapa diantaranya adalah akibat kondisi kesehatan tubuh yang menurun, gigi palsu yang kotor jika Anda menggunakan gigi palsu, tidak menyikat lidah, gangguan peridontal, dan mulut yang kering. Kemudian untuk mengatasi halitosis ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti menjaga kebersihan mulut,  menggunakan obat kumur antiseptik, membersihkan lidah secara rutin, menghindari makanan yang dapat memicu bau mulut, meningkatkan produksi air liur, dan mengunjungi dokter gigi secara teratur.

Halitosis bukan hanya masalah estetika, namun juga bisa menjadi tanda dari kondisi kesehatan mulut yang lebih serius. Dengan memahami gejala dan penyebabnya, langkah-langkah pencegahan dan perawatan dapat dilakukan agar bau mulut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika Anda atau orang terdekat mengalami halitosis yang menetap atau disertai gejala lain, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan profesional.

Klinik Gigi SATU Dental, the fastest growing dental chain in Indonesia, hadir sebagai solusi terpercaya untuk menangani berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut, termasuk halitosis. Dengan lebih dari 50 cabang di Jabodetabek, Semarang, dan Surabaya, SATU Dental menyediakan pelayanan berkualitas dengan dokter gigi umum dan spesialis yang siap membantu Anda mencapai kesehatan mulut yang optimal. Dekatkan diri Anda pada layanan terbaik dari SATU Dental untuk kenyamanan dan kesehatan mulut yang lebih terjaga.

Artikel Lainnya yang Terkait

Referensi

  • American Dental Association. (2022). Understanding and Managing Bad Breath. American Dental Association.

  • CDC. (2021). Oral Health Topics: Bad Breath (Halitosis). Centers for Disease Control and Prevention.

  • Lee, S. (2022). Xerostomia and Its Link to Halitosis. Journal of Oral Medicine, 30(7), 132-139.

  • Li, Z., & Liu, H. (2020). Halitosis: A Review of Etiology and Management. Journal of Clinical Oral Investigations, 24(5), 763-771.

  • Smith, J., & Brown, R. (2021). Oral Malodor and Health Implications. International Journal of Dental Hygiene, 19(3), 280-285.

Artikel Terbaru

Cabang Klinik Gigi SATU Dental

Buat Jadwal di Klinik SATU Dental