Klinik Gigi SATU Dental

Gigi Susu Belum Copot, Apa Penyebabnya?

Gigi Susu Belum Copot, Apa Penyebabnya?

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Melihat gigi anak yang belum tanggal meski usianya sudah cukup sering kali membuat orang tua cemas. Terlebih ketika gigi tetap mulai tumbuh bersamaan dengan gigi susu yang belum copot, kondisi ini tak hanya mengganggu tampilan senyum, tapi juga dapat memicu masalah pada susunan gigi dan pertumbuhan rahang anak. Meski terlihat sepele, gigi susu yang bertahan terlalu lama bisa menandakan adanya gangguan tertentu yang perlu segera ditangani secara medis.

Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai penyebab gigi susu belum copot, risikonya bagi kesehatan gigi anak, serta langkah-langkah penanganan yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Table of Contents

Apa Itu Gigi Susu?

Apa Itu Gigi Susu?

Gigi susu, yang juga dikenal sebagai gigi sulung, merupakan gigi pertama yang tumbuh pada anak dan biasanya mulai muncul saat usia 6 hingga 8 bulan. Jumlahnya ada 20 gigi, terdiri dari gigi seri, taring, dan geraham, dan akan mengalami pergantian secara bertahap mulai usia sekitar 6 tahun hingga 12 tahun. Umumnya, gigi seri atas dan bawah akan mulai tanggal terlebih dahulu, disusul oleh gigi taring dan geraham susu hingga sekitar usia 12 tahun.

Berbeda dengan gigi permanen, gigi susu memiliki akar yang lebih pendek dan lapisan enamel yang lebih tipis, sehingga lebih rentan terhadap kerusakan. Meski bersifat sementara, fungsinya sangat penting dalam membantu anak mengunyah makanan dengan baik, membentuk pelafalan kata yang jelas, serta menjaga posisi dan ruang yang tepat bagi tumbuhnya gigi permanen di kemudian hari.

Jika gigi susu tidak copot sesuai waktunya, kondisi ini tidak hanya mengganggu estetika tetapi juga berpotensi menyebabkan masalah serius pada perkembangan gigi dan rahang anak, seperti susunan gigi yang berjejal atau pertumbuhan gigi tetap yang tidak teratur. Maka dari itu, keterlambatan lepasnya gigi susu perlu dikenali sejak dini dan dikonsultasikan ke dokter gigi agar perkembangan gigi anak tetap optimal.

Baca Juga: Kapan Gigi Susu Tanggal? Ini Pengertian dan Cara Merawatnya 

Penyebab Gigi Susu Belum Copot

Sering kali orang tua merasa khawatir ketika melihat gigi anaknya yang permanen mulai tumbuh namun gigi susu belum juga tanggal. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai masalah pada susunan gigi dan perkembangan rahang bila tidak ditangani dengan tepat. Penyebab gigi susu belum copot sangat beragam, mulai dari kelainan pertumbuhan hingga faktor genetik atau sistemik.

Dalam beberapa kasus, gigi permanen tetap akan tumbuh meski gigi susu belum lepas, dan ini biasanya karena gigi permanen mengalami erupsi di jalur yang salah, atau akar gigi susu belum mengalami resorpsi sempurna. Keadaan ini menciptakan kondisi “gigi dobel” yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan berisiko menyebabkan maloklusi. Beberapa penyebab utamanya meliputi:

1. Agenesis atau Ketiadaan Gigi Permanen

Agenesis atau Ketiadaan Gigi Permanen

Salah satu penyebab utama gigi susu belum copot adalah agenesis, yaitu kondisi di mana calon gigi permanen tidak terbentuk sama sekali. Akibatnya, tidak ada tekanan fisiologis dari gigi pengganti yang mendorong akar gigi susu untuk mengalami resorpsi dan tanggal secara alami.

Agenesis paling sering terjadi pada gigi molar kedua dan gigi insisivus bawah, dan umumnya baru diketahui melalui pemeriksaan radiografis. Karena tidak ada gigi permanen yang akan menempati ruang tersebut, gigi susu cenderung bertahan lebih lama bahkan hingga dewasa.

2. Erupsi Ektopik atau Impaksi Gigi Pengganti

Erupsi Ektopik atau Impaksi Gigi Pengganti

Gigi susu belum copot juga bisa disebabkan oleh erupsi ektopik, yaitu ketika gigi permanen tumbuh ke arah yang tidak tepat sehingga tidak bisa mendorong gigi susu keluar.

Dalam kasus lain, gigi permanen mungkin mengalami impaksi atau tertahan pertumbuhannya karena hambatan jaringan lunak atau tulang di sekitarnya. Akibatnya, gigi susu tetap berada di tempatnya, sementara gigi permanen tumbuh menyamping, ke belakang, atau hanya sebagian muncul di rongga mulut.

Baca Juga: Gigi Impaksi: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

3. Kegagalan Resorpsi Akar Gigi Susu

Pada proses normal, akar gigi susu akan secara bertahap mengalami resorpsi ketika gigi permanen tumbuh dan mulai menekan bagian bawah gigi susu. Namun, dalam beberapa kasus, resorpsi ini tidak terjadi karena adanya ankylosis, yaitu kondisi ketika akar gigi susu melekat langsung dan terlalu kuat pada tulang rahang.

Akibatnya, gigi susu tidak dapat lepas meskipun gigi permanen sudah tumbuh di bawahnya atau di sekitarnya, dan ini bisa mengganggu susunan gigi secara keseluruhan.

4. Gangguan Sistemik atau Faktor Genetik

Selain penyebab lokal, gigi susu belum copot juga bisa berkaitan dengan kelainan sistemik atau genetik tertentu. Beberapa sindrom genetik seperti sindrom 47,XYY atau kelainan metabolik bawaan dapat memengaruhi waktu erupsi dan tanggalnya gigi susu.

Anak dengan gangguan ini sering kali menunjukkan keterlambatan pertumbuhan gigi secara keseluruhan, termasuk pergantian dari gigi susu ke gigi permanen yang tidak sesuai dengan usia kronologisnya.

Risiko Gigi Susu Belum Copot

Meskipun banyak orang menganggap sepele kondisi gigi susu belum copot, kenyataannya keadaan ini dapat memicu berbagai masalah baik dari sisi fungsional maupun estetika yang berdampak jangka panjang terhadap kesehatan rongga mulut. Ketidaksesuaian waktu pergantian gigi susu dan gigi permanen dapat mengganggu harmonisasi pertumbuhan rahang, susunan gigi, dan fungsi pengunyahan.

Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berujung pada perlunya perawatan ortodontik yang kompleks di masa depan. Oleh karena itu, gigi susu yang tidak copot sesuai waktunya perlu mendapat perhatian khusus karena dapat mengakibatkan beberapa risiko berikut:

1. Maloklusi dan Perubahan Susunan Gigi Permanen

Maloklusi dan Perubahan Susunan Gigi Permanen

Ketika gigi susu belum copot, gigi permanen yang seharusnya menggantikannya bisa tumbuh di posisi yang tidak ideal. Hal ini menyebabkan gigi menjadi tidak sejajar, berjejal, atau bahkan tumbuh menyimpang arah, menciptakan maloklusi yang berarti ketidakseimbangan hubungan antar gigi saat rahang tertutup.

Gangguan ini tidak hanya memengaruhi fungsi pengunyahan dan bicara, tetapi juga dapat menurunkan estetika senyum dan meningkatkan risiko gangguan sendi temporomandibular di kemudian hari.

Baca Juga: Penyebab Gigi Anak Berantakan dan Cara Mengatasinya

2. Perubahan Panjang Lengkung Rahang

Gigi susu yang bertahan terlalu lama dapat menyebabkan gangguan pada distribusi tekanan dalam lengkung rahang, yang pada akhirnya mengubah bentuk dan panjang lengkung rahang itu sendiri. Gigi-gigi di sekitar gigi susu yang tertahan bisa mengalami pergeseran arah atau tipping karena mencari ruang untuk menyesuaikan diri, sehingga susunan rahang menjadi tidak harmonis.

Ketidakteraturan ini dapat mengganggu oklusi atau hubungan antar rahang atas dan bawah, serta menyulitkan tindakan ortodontik di masa mendatang.

3. Peningkatan Risiko Karies dan Penyakit Periodontal

Gigi susu yang sudah seharusnya tanggal namun masih bertahan biasanya berada pada posisi yang tidak ideal, sehingga sulit dibersihkan secara optimal dengan menyikat gigi biasa.

Posisi yang tumpang tindih atau tersembunyi dapat menjadi tempat penumpukan plak dan sisa makanan, yang meningkatkan risiko terjadinya karies gigi serta penyakit periodontal seperti gingivitis atau periodontitis. Infeksi yang berkelanjutan pada gigi susu juga bisa menyebar ke jaringan penyangga gigi permanen yang akan tumbuh.

Baca Juga: Perbedaan Plak dan Karang Gigi serta Cara Mengatasinya

4. Pembentukan Super-erupted Teeth

Ketika gigi susu belum copot dan tidak lagi memiliki gigi lawan untuk melakukan kontak oklusal, maka gigi lawan tersebut dapat terus tumbuh keluar dari batas lengkung rahang yang seharusnya.

Kondisi ini disebut super-erupsi, dan dapat menyebabkan gangguan oklusi serta rasa tidak nyaman saat mengunyah. Selain itu, super-erupsi bisa memperbesar kebutuhan perawatan tambahan seperti penyesuaian gigi, restorasi oklusal, atau bahkan pencabutan gigi yang terlibat.

Hal yang Bisa Dilakukan Bila Gigi Susu Belum Copot

Jika ditemukan kondisi gigi susu belum copot saat seharusnya sudah tanggal, penting untuk segera mendapatkan evaluasi dari dokter gigi. Tindakan medis akan disesuaikan dengan penyebab serta kondisi gigi dan rahang anak secara keseluruhan. Untuk mendorong gigi susu agar cepat copot secara alami, orang tua dapat membantu dengan memberikan makanan yang sedikit lebih keras, seperti apel atau wortel rebus, yang merangsang pergerakan akar gigi susu secara perlahan.

Namun demikian, kebersihan mulut tetap harus dijaga agar tidak menimbulkan infeksi selama proses ini. Selain itu, anak perlu dibiasakan menggosok gigi dua kali sehari dan melakukan kontrol rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan. Beberapa penanganan klinis yang juga umum dilakukan meliputi:

1. Cabut Gigi Susu

Apabila gigi permanen sudah terlihat akan tumbuh atau terdeteksi impaksi yang disebabkan oleh keberadaan gigi susu, pencabutan menjadi pilihan yang paling sering dilakukan.

Pencabutan gigi susu yang sudah tidak memiliki fungsi dapat membantu membuka ruang dan memfasilitasi tumbuhnya gigi permanen dengan arah dan posisi yang tepat. Tindakan ini termasuk prosedur sederhana dan aman jika dilakukan dalam rentang usia yang sesuai dengan perkembangan pergantian gigi anak.

Baca Juga: Serba-serbi Cabut Gigi Anak, Orang Tua Harus Tahu!

2. Pasang Crown

Pada beberapa kasus, gigi susu masih memiliki akar yang kuat dan berpotensi penting dalam menjaga ruang untuk gigi permanen. Jika permukaan gigi tersebut mengalami kerusakan akibat karies atau trauma, dokter dapat merekomendasikan pemasangan crown atau mahkota tiruan.

Crown berfungsi untuk mempertahankan struktur gigi susu sampai waktu pergantian yang ideal tiba, sekaligus menjaga stabilitas lengkung rahang dan mencegah pergeseran gigi di sekitarnya.

Baca Juga: Proses Pemasangan Crown Gigi, Bisa Bikin Gigi Rapi

3. Implan Gigi

Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa gigi permanen tidak terbentuk sama sekali (agenesis), maka solusi jangka panjang seperti pemasangan implan dapat dipertimbangkan.

Namun, prosedur ini baru bisa dilakukan setelah masa pertumbuhan rahang selesai, yaitu sekitar usia 18 tahun ke atas. Selama masa menunggu tersebut, gigi susu yang masih stabil dapat dipertahankan untuk menjaga ruang, fungsi mengunyah, dan estetika.

Baca Juga: Gigi Palsu dan Implan Gigi, Mana yang Lebih Baik?

4. Gunakan Kawat Gigi

Pada kondisi di mana gigi permanen tumbuh dalam posisi yang tidak ideal atau tidak memiliki cukup ruang akibat gigi susu yang belum copot, dokter gigi spesialis ortodonti mungkin akan menyarankan penggunaan kawat gigi.

Tujuannya adalah untuk membuka atau mengarahkan ruang bagi tumbuhnya gigi permanen secara optimal, mencegah maloklusi, dan memperbaiki keselarasan gigi secara keseluruhan. Penanganan ortodontik ini umumnya dirancang berdasarkan hasil analisis radiografis dan cetakan rahang anak.

Gigi susu yang belum copot pada waktunya bisa menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak ditangani secara tepat. Dari terganggunya pertumbuhan gigi permanen hingga risiko maloklusi yang dapat memengaruhi fungsi pengunyahan dan estetika wajah anak. Karena itu, penting bagi orang tua untuk segera berkonsultasi ke dokter gigi apabila menemukan kondisi ini pada anak.

Untuk penanganan yang tepat dan menyeluruh, konsultasikan kondisi gigi susu anak Anda ke Klinik Gigi SATU Dental. Klinik ini memiliki fasilitas dan perawatan lengkap, dari perawatan gigi dasar hingga lanjutan. Tersedia lebih dari 350+ dokter gigi umum dan spesialis, termasuk Spesialis Kedokteran Gigi Anak, Ortodonti, Konservasi Gigi, Bedah Mulut, hingga Periodonsia yang siap memberikan solusi terbaik untuk setiap kasus gigi dan mulut.

Tak hanya itu, SATU Dental juga menyediakan beragam opsi pembayaran yang memudahkan, seperti Paylater, cicilan 0% dari berbagai bank, serta dukungan dari berbagai asuransi ternama seperti AdMedika, AIA, AXA, Mandiri, BCA Life, dan lainnya.

Jadi, jangan tunggu sampai gigi permanen tumbuh tidak beraturan. Pastikan perawatan gigi anak dilakukan dengan diagnosa yang akurat dan perawatan yang aman di SATU Dental!

Artikel Lainnya yang Terkait

Referensi

  • Al-Haddad J, et al. (2019). Retained primary molars in Saudi Arabian adolescents. Open Dent J

  • BiologyInsights. (2025). Orthodontic treatment for retained primary teeth.

  • Meistere D, et al. Radiological evaluation of retained primary molars with mandibular premolar agenesis. J Clin Med. 2025;14(9):324.

  • Shakti P, Purohit BM. (2023). Effect of premature loss of primary teeth on malocclusion. Int Orthod.

  • Springer et al. (2023). Prevalence and local causes for retention of primary teeth. J Orofac Orthop.

Cabang Klinik Gigi SATU Dental

Buat Jadwal di Klinik SATU Dental