Klinik Gigi SATU Dental

Perbedaan Tukang Gigi dan Dokter Gigi Serta Aturan Praktiknya

Perbedaan Tukang Gigi dan Dokter Gigi Serta Aturan Praktiknya

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Breadcrumb

Perawatan gigi dan mulut adalah bagian penting dari kesehatan kita yang sering kali membutuhkan bantuan profesional. Dalam hal ini, ada dua jenis penyedia layanan kesehatan gigi yang umum ditemui, yaitu tukang gigi dan dokter gigi.

 

Meskipun mereka berdua berfokus pada perawatan gigi, ada perbedaan signifikan antara kedua profesi ini, baik dalam pendidikan dan lingkup praktiknya.

 

Telah Klinik Gigi SATU Dental rangkum, berikut ini adalah perbedaan tukang gigi dengan dokter gigi dan aturan prakteknya, simak selengkapnya di sini.

Table of Contents

Apa Itu Tukang Gigi

Apa Itu Tukang Gigi

Pada dasarnya, tukang gigi atau ahli gigi adalah praktik tradisional selayaknya praktik akupuntur, bekam, atau bahkan tukang urut yang selama ini kamu kenal.

 

Tukang gigi biasanya melakukan praktik yang hanya sebatas memasang gigi tiruan, dan dengan bahan dan peralatan seadanya. Mereka juga membuka tempat usaha di tepi jalan untuk mengiklankan layanan mereka.

 

Meskipun sebetulnya sejumlah tukang gigi mempunyai kualifikasi dan izin praktik, namun kenyataannya masih banyak oknum yang melakukan praktik secara ilegal. Beberapa di antaranya bahkan bisa saja hanya bermodalkan seminar atau kursus gigi tanpa ada izin maupun kualifikasi selayaknya dokter.

 

Alasan mengapa beberapa orang memilih tukang gigi adalah karena berbagai perawatan gigi yang ditawarkan harganya yang lebih terjangkau. Tidak mengherankan jika sebagian orang memilihnya karena biaya konsultasi ke dokter gigi yang relatif tinggi.

 

Namun, perlu diingat bahwa tukang gigi tentu berbeda dengan dokter gigi. Menerima perawatan di fasilitas yang tidak terjamin dapat berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang merugikan.

Aturan Praktik Tukang Gigi

Kementerian Kesehatan membuat Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 39 tahun 2014 tentang Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan Pekerjaan Tukang Gigi. Dijelaskan bahwa tugas tukang gigi terbatas pada pembuatan dan pemasangan gigi tiruan yang dapat dilepas, baik sebagian maupun penuh.

 

Dalam Pasal 6 Permenkes No.34 tahun 2014, menyebutkan bahwa tukang gigi atau ahli gigi memiliki kewenangan yang terbatas, yaitu:

 

  • Membuat gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat curing acrylic yang memenuhi persyaratan kesehatan.
  • Memasang gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat curing acrylic tanpa menutupi sisa akar gigi.

 

Oleh karena itu, tukang gigi dilarang melakukan tindakan di luar batasan tersebut. Apabila mereka melakukan tindakan di luar kewenangan tersebut, pemerintah daerah dapat memberikan sanksi berupa teguran tertulis, pencabutan izin sementara, atau pencabutan izin secara permanen.

 

Selain itu, tukang gigi juga memiliki kewajiban untuk memberikan kompensasi dan ganti rugi jika tindakan yang dilakukan menyebabkan kerugian bagi pasien.

 

Kementerian Kesehatan menganjurkan masyarakat agar lebih selektif dalam memilih dokter gigi. Perawatan, pemasangan, pemeriksaan, dan pencabutan gigi sebaiknya dilakukan oleh tenaga profesional di klinik gigi, rumah sakit, atau puskesmas.

Perbedaan Tukang Gigi dan Dokter Gigi

Perbedaan Tukang Gigi dan Dokter Gigi

Meskipun keduanya berfokus pada perawatan gigi, ada perbedaan signifikan antara kedua profesi ini, antara lain:

 

  • Perbedaan yang paling mencolok antara dokter gigi dan tukang gigi adalah tingkat pendidikan dan pelatihan yang mereka jalani. Dokter gigi telah menyelesaikan pendidikan formal di bidang kedokteran gigi, sementara tukang gigi biasanya hanya mendapatkan pelatihan praktis.

  • Tugas dan tanggung jawab dokter gigi lebih luas dibandingkan tukang gigi. Seorang dokter gigi dapat melaksanakan prosedur medis yang lebih kompleks. Di sisi lain, tukang gigi hanya melakukan prosedur yang lebih sederhana.

  • Dokter gigi biasanya memiliki praktik pribadi atau klinik sendiri dan secara langsung melayani pasien, sedangkan tukang gigi sering bekerja di bawah supervisi dokter gigi atau di klinik gigi, terutama dalam pembuatan gigi tiruan dan peralatan lainnya.

  • Dokter gigi perlu memiliki lisensi untuk berpraktik secara independen. Sedangkan tukang gigi tidak selalu membutuhkan lisensi untuk praktik gigi.

  • Tarif yang dikenakan oleh dokter gigi dan tukang gigi berbeda karena perbedaan dalam pendidikan dan lingkup praktik. Umumnya, tarif yang dikenakan oleh dokter gigi lebih tinggi karena mereka memiliki kualifikasi dan kemampuan yang lebih tinggi dalam melakukan prosedur medis yang kompleks.

  • Dokter gigi umumnya memiliki fasilitas dan peralatan yang lebih lengkap dan canggih daripada tukang gigi.

  • Risiko komplikasi pada pasien yang ditangani oleh dokter gigi cenderung lebih rendah dibandingkan tukang gigi. Dokter gigi memiliki pemahaman yang lebih mendalam dalam mengatasi masalah gigi dan mulut, sehingga risiko kesalahan dalam tindakan medis dapat dikurangi.

Temukan Dokter Gigi Terbaik Anda Sekarang Juga

Beberapa jenis perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi meliputi scaling, perawatan saluran akar, tambal gigi, pencabutan gigi, dan pemasangan gigi palsu.

 

Tukang gigi tidak bisa dan tidak diperbolehkan untuk melakukan jenis-jenis perawatan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk melakukan konsultasi dan melakukan perawatan dengan dokter gigi untuk menentukan solusi terbaik yang sesuai dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut.

 

Temukan dokter gigi terbaik dengan mengunjungi klinik gigi berkualitas dan terpercaya.

Bahaya Melakukan Perawatan di Tukang Gigi Tidak Berkualitas

Penting untuk memilih tukang gigi yang berkualitas dan berlisensi serta mengikuti praktik kebersihan yang ketat. Ada beberapa bahaya yang didapat apabila lengah dan berujung melakukan perawatan di tukang gigi yang tidak berkualitas, antara lain:

 

  • Risiko infeksi. Tukang gigi yang tidak berkualitas mungkin tidak mengikuti prosedur kebersihan yang tepat, seperti sterilisasi peralatan dan penggunaan alat kesehatan sekali pakai. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien saat dilakukan perawatan gigi.

     

  • Kerusakan gigi. Jika tukang gigi tidak memiliki keahlian yang memadai, mereka mungkin melakukan perawatan gigi dengan buruk. Misalnya, mereka bisa merusak gigi saat melakukan pengeboran atau pemasangan tambalan gigi. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit bahkan kerusakan permanen pada gigi.


    Baca Juga: Berapa Biaya Tambal Gigi Berlubang? Prosedur dan Jenis Tambalan Gigi


  • Komplikasi dan efek samping. Misalnya, perawatan saluran akar yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi, rasa sakit, atau kerusakan pada jaringan sekitar gigi.

     

  • Penundaan diagnosis yang akurat. Tukang gigi yang tidak berkualitas mungkin tidak mampu melakukan diagnosis yang akurat terkait masalah gigi dan mulut. Ini bisa berpotensi menyebabkan penundaan dalam pengobatan yang tepat, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi kesehatan gigi dan mulut.

     

  • Biaya tambahan. Jika perawatan gigi dilakukan oleh tukang gigi yang tidak berkualitas, hasilnya mungkin tidak memuaskan atau bahkan membutuhkan perbaikan lanjutan. Ini dapat mengakibatkan biaya tambahan untuk perawatan berikutnya oleh tukang gigi yang berkualitas.

Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang perawatan gigi, direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan tukang gigi yang terpercaya atau meminta rekomendasi dari orang-orang terdekat yang telah memiliki pengalaman positif dengan tukang gigi tertentu.

Penting untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi, serta menghindari kebiasaan yang dapat merusak kesehatannya. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi guna mendapatkan nasihat mengenai kesehatan mulut dan gigi, serta melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Artikel lainnya

Cabang Klinik Gigi SATU Dental

Buat Jadwal di Klinik SATU Dental